Post Icon

Gempa Jepang Berkaitan dengan Gempa Aceh

Gempa Jepang berkaitan dengan Gempa Aceh?

Jakarta (ANTARA News) – Reporter New Scientist Andy Coghlan berkirim surat elektronik dengan seismolog Brian Baptie dari badan meteorologi dan geofisika Inggris di Edinburg, Inggris Raya.
Dalam surat elektronik itu Andy mengajukan lima pertanyaan kepada Brian, yaitu Apakah semua gempa besar berkaitan satu sama lain? Apa geologi dari Gempa Jepang? Apa yang terjadi dengan tsunami (Jepang) yang kini bergerak ke timur? Siapkah Jepang? Amankah fasilitas nuklir Jepang?
Dan inilah jawaban Brian Baptie;
1. Gempa bumi kali ini (Gempa Jepang) berada pada skala sama dengan Gempa Chile tahun lalu dan Gempa Sumatera (Aceh) tahun 2004 (yang memicu tsunami dahsyat di Aceh). “Jadi, memang ada rantai yang berlanjut,” kata Brian. Ketiga gempa bumi dahsyat itu semuanya disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik. Tidak ada hubungan langsung antara ketiga gempa dahsyat itu. “Namun, mungkin saja salah satu gempa itu memicu gempa lainnya, sehingga mungkin saja (gempa) Sumatera telah melepaskan rantai gempa dan membuat retak segmen-segmen barat Sumatera.”
   Tapi Gempa Jepang tak berkaitan dengan gempa yang baru-baru ini terjadi di Christchurch, Selandia Baru. Gempa Jepang 8.000 kali lebih besar dari Gempa Christchurch, dalam hal energi yang dilepaskan. “Jadi, ini adalah monster yang berbeda,” kata Brian.

2. Jepang terletak di perbatasan dua lempeng tektonik. Harap diketahui, ada delapan lempeng tektonik besar di dunia ini. Di timur Jepang terhampar Lempeng Pasifik, sementara Jepang sendiri terletak di atas Lempeng Eurasia. Lempeng Pasifik bergerak ke barat sekitar 8 cm setiap tahun dan menekan terus Jepang ke bawah. Ketika dua lempeng ini saling menekan, terciptalah energi maha besar, yang menumpuk di batuan. Kadang kala regangan ini tercipta beberapa tahun lamanya, dan itulah yang menjadi penyebab utama Gempa Jepang. Amplitudo Gempa Jepang berkurang cepat dari episentrumnya, kendati itu dirasakan di seluruh Jepang.
3. Kecepatan gelombang tsunami itu setara dengan kecepatan pesawat jet dan menyebar pada amplitudo rendah jauh dalam samudera. Begitu menyentuh daratan, tsunami ini melambat, namun amplitudonya meningkat, lalu menghasilkan energi luar biasa besar. Oleh karena itu Anda masih akan melihat gelombang bermeter-meter beberapa jam setelah gempa bumi terjadi. Tsunami ini akan tetap bisa mengirimkan bahaya ekstrem yang berkilo-kilometer jauhnya. Tsunami mereda setelah berkali-kali gelombang datang, tapi ingat, gelombang yang pertama datang bukan gelombang yang paling besar.
4. Jepang adalah negara yang memiliki sejarah panjang dalam menghadapi gempa, namun gempa bumi yang satu ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Jepang. Gempa terdahsyat sebelum ini yang diketahui adalah Gempa Besar Kanto pada 1923 yang menimpa selatan Tokyo dan meminta 140.000 nyawa. Kekuatan gempanya adalah 7,9 Skala Richter, dan ini menjadikan gempa bumi yang terakhir terjadi Jumat kemarin itu menjadi yang terbesar dirasakan Jepang.
   Jepang memiliki aturan membangun gedung yang sangat baik, sementara gedung-gedung besar telah didesains untuk tidak ambruk (oleh gempa).  Begitu juga, rakyat Jepang sangat terlatih baik menghadapi gempa maupun tsunami.  Sejauh ini semua faktor ini membuat Jepang bisa menyelamatkan lebih banyak rakyatnya.

5. Reaktor-rekator nuklir Jepang tidak ambruk karena gempa, namun karena guncangan hebat. Reaktor nuklir memiliki sistem peringatan gempanya sendiri sehingga akan berhenti secara otomatis.  Reaktor juga dapat beroperasi di bawah jaringan kereta berkecepatan tinggi. Namun sulit mengatakan kerusakan apa yang telah menimpa fasilitas-fasilitas nuklir Jepang itu. (*)

Gempa Jepang, Akibat Kedekatan Bumi-Bulan

JAKARTA, KOMPAS.com – Situs astronomi Space.COM beberapa waktu lalu memberitakan bahwa bulan sedang bergerak pada posisi terdekat dengan bumi. Posisi terdekat akan dicapai pada tanggal 19 Maret 2011 nanti, membawa bulan hanya pada jarak 221.567 mil, terdekat selama 18 tahun terakhir. Ketika Bulan sedang ada pada posisi terdekatnya, maka fenomena ini sering disebut “supermoon”.
Para ahli mengatakan, akibat dari “supermoon” adalah meningkatnya gelombang pasang air laut beserta meningkatnya aktivitas seismik di Bumi yang bisa berakibat pada meningkatnya potensi gempa bumi dan erupsi gunung berapi. Pada saat yang hampir bersamaan atau 8 hari sebelum puncak kedekatan Bumi dengan Bulan (perigee), Jepang diguncang oleh gempa berkekuatan 8,9 skala magnitude dan menyebabkan tsunami yang hingga kini menewaskan 1000 korban jiwa.
Sebagaimana diketahui, gempa diakibatkan oleh aktivitas tektonik Bumi. Berangkat dari kebetulan tersebut, beberapa pihak berspekulasi bahwa gempa di Jepang disebabkan oleh Bulan yang hendak menuju titik terdekatnya dengan Bumi.
Blogger Mark Paquette misalnya, memulai spekulasinya dengan mengatakan bahwa beberapa peristiwa gempa dahsyat memang terkait dengan kedekatan Bumi-Bulan. Ia mencontohkan gempa yang mengakibatkan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 lalu. Gempa tersebut terjadi 14 hari sebelum perigee Bumi-Bulan yang terjadi pada 10 Januari 2005.
Ia menuliskan, “Jadi, apa yang bisa kita lihat sekarang? Gempa bumi? Erupsi gunung berapi? Sepertinya kita cuma bisa menunggu dan melihat nanti.” Komentar tersebut memang menakutkan. Bagaimana tidak, belum terjadi perigee saja bisa berakibat pada gempa terdahsyat sepanjang sejarah Jepang sejak 1891.
Menanggapi spekulasi itu, meteorolog senior di AccuWeather Paul Walker mengatakan, spekulasi bahwa gempa Jepang disebabkan oleh perigee Bumi-Bulan sepertinya tidak benar. “Saya kira Anda tidak bisa menghubungkannya dengan ‘supermoon’ yang masih 8 hari lagi terjadi. ‘Supermoon’ memang bisa berakibat pada gelombang pasang yang luar biasa, tapi tidak bisa begitu saja dikaitkan dengan peristiwa alam yang ekstrim semacam ini,” jelasnya seperti dikutip MSNBC.
Astronom NASA David William juga mengatakan bahwa “supermoon” bukan penyebab gempa. “Supermoon itu hanya bulan yang besar dan sangat bercahaya. Tak ada yang spesial dengan itu,” paparnya.
John Vidale, seismolog University of Washington dan direktur Pasific Northwest Seismic Network serta Wiliam Wilcock yang juga dari University of Washington pun mengatakan hal serupa. Mantan ilmuwan NASA Phil Plait mengatakan dengan tegas, “Apapun yang orang katakan, yang jelas tak ada kemungkinan gempa ini disebabkan oleh Bulan.”
Perigee memang bisa menyebabkan peningkatan aktivitas tektonik, namun ia mengatakan bahwa hingga saat ini Bulan belum berada pada titik terdekat itu. Pergerakan Bulan bisa membawanya menuju titik terdekat dan terjauh dengan Bumi. Titik terdekat disebut perigee sedangkan titik terjauh disebut apogee.
Saat perigee, efek gravitasi Bulan terhadap Bumi meningkat. Efek yang paling bisa dilihat adalah gelombang pasang, sebab air adalah salah satu elemen bumi yang paling mudah dipengaruhi gravitasi.

Inilah Jejak Tsunami Paling Mematikan

JAKARTA, KOMPAS.com — Kekuatan alam tak pernah bisa dilawan. Bencana gempa berkekuatan 8,9 disertai tsunami yang menerjang kawasan pantai timur Pulau Honshu, Jepang, Jumat (11/3/2011) pada pukul 2.46 waktu Tokyo, menunjukkan betapa dahsyat kekuatan itu. 
Belum ada keterangan resmi berapa jumlah korban yang tewas atas bencana tersebut. Namun jika dilihat dari efek kekuatan dahsyatnya, banyak pihak memperkirakan lebih dari ratusan orang menjadi korban.
Indonesia adalah negara yang juga menjadi saksi betapa dahsyatnya kekuatan itu. Tsunami pernah melanda kawasan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan sejumlah wilayah di Tanah Air hingga menelan ribuan korban jiwa.
Seperti apa jejak kedahsyatannya, berikut catatan mengenai gempa paling buruk dalam seabad terakhir. 
Cile, 28 Februari 2010: Gempa dengan kekuatan 8,8 disusul tsunami telah menewaskan lebih dari 800 orang dan menyebabkan 2 juta orang kehilangan tempat tinggal. Jumlah korban terbanyak adalah mereka yang tinggal di kawasan pesisir. 
Kawasan Pasifik, 30 September 2009: Terjadi dua kali gempa dengan kekuatan masing-masing mencapai 8,1 dan 8,0 dalam waktu yang hampir bersamaan. Kondisi ini memicu terjadinya tsunami yang menerjang kawasan Samoa dan Tonga. Tinggi gelombang tsunami mencapai lima meter. Korban tewas mencapai 192 orang.
Asia, 26 Desember 2004:  Gempa berkekuatan 9,3 terjadi di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh dengan kedalaman mencapai 10 kilometer. Memicu tsunami di sejumlah kawasan Asia dan dua negara Afrika. Disebut-sebut sebagai gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir yang menghantam Aceh,  Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Srilangka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Korban mencapai sekitar 250.000 orang tewas di 8 negara. Nanggroe Aceh Darussalam (Indonesia), Sri Langka, India, dan Thailand merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar.
Papua New Guinea 17 Juli 1998: Setelah diterjang dua kali gempa dengan kekuatan 7,0, gelombang tsunami pun tak terhindarkan dan merusak apapun hingga jarak 30 kilometer dari garis pantai utara. Berdasarkan data resmi dari pemerintah sebanyak tujuh desa tersapu tsunami dengan korban tewas ditaksir mencapai  lebih dari 2.000 jiwa. Sementara data dari wilayah setempat menyebutkan korban tewas antara 6.000 dan 8.000 jiwa.
Indonesia, 12 Desember 1992: Gempa berkekuatan 7,5 memicu gelombang tsunami dan menyapu pemukiman di pesisir pantai Flores. Tsunami tersebut menewaskan setidaknya 2.100 jiwa, 500 orang dinyatakan hilang, 447 orang luka-luka, dan 5.000 orang mengungsi. 
Gempa tersebut sedikitnya menghancurkan 18.000 rumah, 113 sekolah, 90 tempat ibadah, dan lebih dari 65 tempat lainnya. Kabupaten yang terkena gempa ini ialah Kabupaten Sikka, Kabupaten Ngada, Kabupaten Ende, dan Kabupaten Flores Timur.
Filipina, 17 Agustus 1976: Gempa berkekuatan 7,9 menyebabkan tsunami yang menewaskan lebih dari 5.000 orang.  Tsunami menghancurkan hampir seluruh wilayah Moro, dan Kota Pegadian. 
Cile, 21-30 Mei, 1960: Gempa berkekuatan 9,5 disusul bencana tsunami yang menerjang sejumlah negara-negara di kawasan laut Pasifik termasuk Filipina dan Jepang. Di Cile, korban tewas mencapai 5.700 jiwa,  61 jiwa  di Hawaii dan 130 jiwa di Jepang.
Uni Soviet, November 4, 1952: Gempa terjadi di Semenanjung Kamchatka dengan kekuatan mencapai  9,0 dan menyebabkan tsunami yang cukup dahsyat. Gelombang tsunami melintasi melintasi Pasifik hingga Cile dan Peru. Lebih dari 2.300 orang meninggal.
Jepang, 3 Maret 1933:  Gempa berpusat di Sanriku, Pulau Honshu, dengan kekuatan mencapai  8,3, diikuti oleh tsunami yang menyebabkan lebih dari 3.000 korban jiwa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar