1. Tabeta ato, sugu yoko ni naruto, ushi ni naru!
Arti dari kalimat di atas adalah: “Kalau habis makan langsung rebahan bisa jadi sapi!” kutukan kah??Saat ini, meski zaman telah modern, banyak orang tua Jepang yang masih memperingati anaknya dengan kata-kata seperti di atas. Secara jelas alasan kenapa kata-kata ini dipakai tidak diketahui. Tapi jika dianalisa, zaman dahulu Jepang berbeda dengan zaman sekarang yang serba canggih, mereka dulu harus bekerja keras agar dapat hidup (terutama setelah pemboman Nagasaki & Hiroshima). Agar anak-anak bersedia membantuorang tua bekerja di ladang, mereka selalu mengatakan “Tabeta ato, sugu yoko ni naruto, ushi ni naru!” (Kalau habis makan langsung rebahanbisa jadi sapi!)
2. Hinakazari wo hayakushimawanaito, yome ni ikiokureru.Arti dari kalimat di atas adalah: “Kalau hiasan boneka `hina` tidak segera disimpan, bakalan telat nikah.”
Seperti kita ketahui, setiap tanggal 3 bulan Maret Jepang menyelenggarakan perayaan `Hina Matsuri` . Maksud dari perayaan ini adalah sebagai ucapan terima kasih kepada sang pencipta karena telah memberikan anak perempuan. Selain itu tujuan upacara ini adalah meminta keberkahan kesehatan untuk anak merekayang perempuan.
Pada perayaan Hina Matsuri setiap keluarga yang memiliki anak perempuan, sejak bulan Februari harus memajang boneka `Hina` di ruangan tengah, yang terdiri dari pasangan putri dan pangeran disertai para dayang dan pengawalnya. Pajangan boneka Hina ini, harus segera disimpan atau dirapikan jika telah lewat dari tanggal 3 Maret. Apabila tidak segera dirapikan untuk disimpan, mereka percaya bahwa si anak perempuan tersebut akan telat menikah nantinya.
Jika dilihat dari rata-rata umur menikah orang Jepang saat ini yang berkisar diatas 30 tahunan, mereka percaya salah satu penyebabnya adalah “Hinakazari wo hayakushimawanaito, yome ni ikiokureru” (Kalau hiasan boneka `hina` tidak segera disimpan, bakalan telat nikah)
3. Shitewa ikenai koto
Shitewa ikenai koto artinya sesuatu hal tidak boleh dikerjakan. Dalam kepercayaan Jepang, ada beberapa hal yang tidak boleh dikerjakan seseorang karena mengandung firasat buruk, diantaranya:
- Tidak boleh menyuguhkan makanan dengan jumlah empat (4) buah.
Angka empat (4) dalam bahasa jepang selain dibaca `Yon` juga dibaca `Shi`. Kata `Shi` sendiri berarti “kematian”. Berdasarkan hal tersebut, jikakita menyuguhkan kue dengan jumlah empat, maka seolah kita mengundang kematian. Orang yang memakannya akan segera meninggalkan dunia fana.
4. Kucing, baik atau jahat?
Menurut budaya barat, kucing hitam dianggap membawa nasib buruk, demikian juga ternyata di Jepang, tapi di Jepang, ada kucing yang dianggap baik, dan namanya adalah “Maneki Neko” alias kucing pembawa keberuntungan. Kucing ini dipercaya akan membawa kekayaan, dan biasanya patungnya, diletakkan di depan toko atau tempat bisnis lain. Kucing ini selalu digambarkan dengan posisi duduk, dengan salah satu kaki depannya terangkat keatas!
5. AWas! Pintu Gerbang bisa bahaya!Menurut budaya barat, kucing hitam dianggap membawa nasib buruk, demikian juga ternyata di Jepang, tapi di Jepang, ada kucing yang dianggap baik, dan namanya adalah “Maneki Neko” alias kucing pembawa keberuntungan. Kucing ini dipercaya akan membawa kekayaan, dan biasanya patungnya, diletakkan di depan toko atau tempat bisnis lain. Kucing ini selalu digambarkan dengan posisi duduk, dengan salah satu kaki depannya terangkat keatas!
Ternyata Jepang juga punya semacam feng shui yang dinamakan “kaso”, atau ramalan rumah. Dengan kata lain mengatur rumah dan baerbagai barang di dalam rumah adalah hal yang sangat penting. Salah satunya adalah pintu rumah. Jika pintu rumah menghadap ke arah Timur Laut, maka pintu itu dianggap “Kimon” atau gerbang iblis, dan pintu yang menghadap ke arah ini jangan sampai pernah ada!
6. Jangan sampai kasur menghadap Utara.
Salah satu ritual penguburan dalam agama Budha adalah menghadapkan jenazah ke arah Utara, oleh karena inilah, banyak orang Jepang yang mengatur agar tempat tidur mereka tidak menghadap utara, jadi posisi kepala tidak akan pernah berada di Utara. Takhayul ini disebut “Kita-Makura”
7. Hindari 4, 9 dan 13!
Banyak angka berbahaya di Jepang, karena bunyinya. Angka empat: “Shi” bunyinya dekat sekali dengan kata “Mati” jadi makanya, nggak akan pernah ada gang 4, rumah nomor 4, atau lantai nomor 4.. . Nomor 9 juga begitu: “Ku” artinya “sakit” nah, kalo 13 ini sih, tambahan dari pengaruh barat…
8. Ngompol dan main api!
Sebagai anak Jepang, Anda tidak akan pernah boleh bermain api atau kembang api dan sejenisnya, kenapa? karena nanti Anda akan ngompol!
9. Jangan merusak barang!
Apalagi sisir atau tali sandal! Bahaya dan nggak baik sama sekali… tapi kenapa ya?
10. Sumpit
Uh… kalo yang ini banyak banget aturan yang ada! Misal: jangan sampe sumpit berdiri tegak di mangkuk makanan, kenapa? sama aja dengan kutukan kematian! Demikian juga, jangan sampe melewatkan makanan dari sumpit satu ke sumpit lain! Nah, ternyata alasannya adalah:
1. Di Jepang, persembahan makanan bagi arwah orang yang sudah meninggal biasanya adalah buah2an, sake dan semangkuk nasi yang diletakkan di altar..
2. Sesudah kremasi, sisa jenazah yang dibakar akan dipindahkan ke guci abu dengan menggunakan sumpit, dan dipindah dari sumpit satu ke sumpit lainnya.
11. Jempol
Bahasa Jepang untuk jempol arti harafiahnya adalah “Jari Orang Tua”, jadi, begitu Anda menjumpai prosesi pemakaman, Anda harus segera menyembunyikan jempol, dua2nya lho! Alasannya: jangan sampai “Orang Tua” Anda melihat kematian!
12. Potong Jempol = Orang tua Meninggal!1. Di Jepang, persembahan makanan bagi arwah orang yang sudah meninggal biasanya adalah buah2an, sake dan semangkuk nasi yang diletakkan di altar..
2. Sesudah kremasi, sisa jenazah yang dibakar akan dipindahkan ke guci abu dengan menggunakan sumpit, dan dipindah dari sumpit satu ke sumpit lainnya.
11. Jempol
Bahasa Jepang untuk jempol arti harafiahnya adalah “Jari Orang Tua”, jadi, begitu Anda menjumpai prosesi pemakaman, Anda harus segera menyembunyikan jempol, dua2nya lho! Alasannya: jangan sampai “Orang Tua” Anda melihat kematian!
Omong2 soal jempol, jangan pernah potong kuku jempol di malam hari! kenapa? Kalo nggak sengaja kita melukai “jari orang tua” tadi, maka orang tua kita juga berarti akan meninggal!
13. Hari Pernikahan!
Awas, ada hari buruk untuk pernikahan lho! Salah satunya adalah hari-hari “butsumetsu”, yang melambangkan hari dimana Buddha meninggal. Hari-hari ini dapat dicari di kalender tradisional Jepang, dan sebaiknya jangan pernah menikah di hari ini. Lebih baik menikah di hari-hari “Taian”, yang menjanjikan berbagai hal terbaik bagi pernikahan
14. Awas! Laba-laba!
Jika di Jepang, Anda melihat laba-laba di pagi hari, mending laba-laba tersebut jangan anda bunuh, karena artinya ada nasib baik bagi anda. Tapi di malam hari, kebalikannya!
15. Rubah sihir!
Dalam dongeng Jepang, rubah biasanya digambarkan nakal dan suka menggoda dengan sihir yang mereka miliki dan terkadang akan membuat manusia bernasib buruk!
16. Awas! Ular!
Nah, kalo anda nekat meniup peluit di malam hari, akan ada ular yang datang, dan mungkin akan membunuh Anda! biasanya sih ‘ular’ ini akan dimengerti secara metafora sebagai personifikasi orang jahat. Tapi ular putih yang datang kepada anda akan dikatakan membawa nasib baik dan kekayaan! Jadi kalo anda berhasil mengintip ada ular putih, nasib anda akan membaik
17. Masih berusaha menghindari nasib buruk?
Wah!! di Jepang, semua orang akan mengalami setidaknya beberapa tahun nasib buruk, jadi tergantung pada tahun lahir, jenis kelamin, tapi setidaknya para pria harus berhati-hati di usia 25, 42 dan 61, sedangkan wanita harus berhati-ati di usia 19, 33 dan 37
Berikut ini adalah hal-hal unik yang mungkin dirasa unik buat yang bukan orang jepang:
18. Orang Jepang menyukai angka “8″. Harga-harga barang kebanyakan berakhiran “8″. Susu misalnya 198 yen. Tapi karena aturan sekarang ini mengharuskan harga barang yang dicantumkan sudah harus memasukkan pajak, jadi mungkin kebiasaan ini akan hilang. (Pasar = Yaoya = tulisan kanjinya berbunyi happyaku-ya atau toko 800).19. Kalau musim panas, drama di TV seringkali menampilkan hal-hal yang seram (hantu).
20. Cara baca tulisan Jepang ada dua style : yang sama dengan buku berhuruf Roman alphabet huruf dibaca dari atas ke bawah, dan yang kedua adalah dari kolom paling kanan ke arah kiri. Sehingga bagian depan dan belakang buku berlawanan dengan buku Roman alphabet (halaman muka berada di “bagian belakang”).
21. Tanda tangan di Jepang hampir tidak pernah berlaku untuk keperluan formal, melainkan harus memakai hanko/inkan/ cap. Jenis hanko di Jepang ada beberapa, a.l. jitsu-in, ginko-in, dan mitome-in. Jadi satuorang kadang memiliki beberapa jenis inkan, untuk berbagai keperluan. Jitsu-in adalah inkan yang dipakai untuk keperluan yang sangat penting, seperti beli rumah, beli mobil, untuk jadi guarantor, dsb. jenis ini diregisterkan ke shiyakusho. Ginko-in adalah jenis inkan yang dipakai untuk khusus membuat account di bank. inkan ini diregisterkan ke bank. Mitome-in dipakai untuk keperluan sehari-hari, dan tidak diregisterkan.
22. Kalau kita membubuhkan tanda tangan, kadang akan ditanya orang Jepang: ini bacanya bagaimana ? Kalau di Jepang saat diperlukan tanda tangan (misalnya di paspor, dsb.) umumnya menuliskan nama mereka dalam huruf Kanji, sehinggabisa terbaca dengan jelas. Sedangkan kita biasanya membuat singkatan atau coretan sedemikian hingga tidak bisa ditiru/dibaca oleh orang lain.
23. Acara TV di Jepang didominasi oleh masak memasak.
24. Fotocopy di Jepang self-service, sedangkan di Indonesia di-service.
25. Jika naik taxi di Jepang, pintu dibuka dan ditutup oleh supir. Penumpang dilarang membuka dan menutupnya sendiri.
26. Pernah nggak melihat cara orang Jepang menghitung “satu”, “dua”, “tiga”…. dengan jari tangannya ? Kalau agan-agan perhatiin, ada perbedaan dengan kebiasaan orang Indonesia. Orang Indonesia umumnya mulai dari tangan dikepal dan saat menghitung “satu”, jari kelingking ditegakkan. Menghitung “dua”, jari manis ditegakkan, dst. Kalau orang Jepang, setahu saya, kebalikannya. Mereka selalu mulai dari telapak tangan terbuka, dan cara menghitungnya kebalikan orang Indonesia. Saat bilang “satu”, maka jarinya akan ditekuk/ditutupkan ke telapak tangan. Kalo nggak percaya, coba deh… jikken dengan teman Jepang anda.
27. Sepeda tidak boleh dipakai boncengan, kecuali yang memboncengkannya berusia lebih dari 16 tahun dan anak yang diboncengkan berusia kurang dari satu tahun dan hanya seorang saja yang diboncengkan. Bila dilanggar, dendanya maksimal 20 ribu yen.
28. Kalo naik eskalator di Tokyo, kita harus berdiri di sebelah kiri, karena sebelah kanan adalah untuk orang yang terburu-buru. Jangan sekali-kali berdiri di kanan kalo kita ga langsung naik.
29. Pacaran di Jepang sungguh hemat, traktir2an bukan budaya pacaran Jepang. Jadi selama belum jadi suami-istri, siapin duit buat bayar sendiri-sendiri.
30. Nganter jemput pacar juga bukan budaya orang Jepang. Kalo mau ketemuan, ya ketemuan di stasiun.
31. Jangan pernah sekali-kali bilang ke orang jepang : “Gue maen ke rumah lu ya”. Karena itu dianggap ga sopan. Ke rumahnya cuma kalo udah diijinin.
32. “Aishiteru” yang berarti aku cinta kamu, jarang dipake sama orang pacaran, kecuali kalo mereka bener-bener udah mau nikah. Biasanya mereka make “Daisuke desu” buat ngungkapin kalo mereka sayang sama pacarnya.
33. Sebelum bepergian, biasanya orang Jepang selalu ngecek ramalan cuaca. Dan 90% ramalan cuaca itu akurat. Itu sebabnya kalo ada orang bawa payung, pasti kita bakal liat orang yang lainnya lagi bawa payung juga. Dan perempatan Shibuya adalah tempat yang paling menarik ketika hujan, karena dari atas kita akan melihat lautan payung yang berwarna-warni.
34. Bunga sakura adalah bunga yang spesial di Jepang, karena bunganya hanya tumbuh 2 minggu selama setahun. Ketika tumbuh, bunganya memenuhi seluruh pohon, tanpa daun. Setelah 2 minggu, ga ada satupun bunga sakura,yang ada hanyalah daun-daun hijau, tanpa bunga, dan jadi ga menarik lagi.
35. Di Indonesia, kita bakal dapet duit kalo kita ngejual barang bekas kita ke toko jual-beli. Tapi di Jepang, kita malah harus bayar kalo mau naro barang kita di toko jual-beli. Itulah sebabnya kenapa orang Jepang lebih milih ninggalin TV bekas mereka gitu aja kalo mo pindah apartemen.
36. Di perempatan jalan Kyoto, perempatan jalan yang kecil, ga ada mobil sama sekali, tapi ada lampu merah, pejalan kaki selalu berhenti ketika lampu tanda pejalan kaki menunjukkan warna merah. Mereka santai aja, baca koran, ngobrol, ngerokok, dan kemudian jalan lagi ketika lampu sudah hijau. Padahal ga ada mobilyang lewat satupun. Mungkin kalo mereka ngelanggar peraturan juga ga akan celaka.
37. Mereka ga percaya Tuhan (mayoritas atheis), tapi mereka bisa disiplin dan taat sama peraturan. Mungkin karena itu negara mereka maju. Entahlah…!!!
0 komentar:
Posting Komentar